SeCrP7dtUL2aVHC9BPTmzy7YOro5ys5FuFCiiVVo

5 Hal yang Saya Pelajari Ketika Menjadi Ibu Rumah Tangga

Ilustrasi by Pexels.com

Melihat pernikahan dari kacamata seorang lajang memang sungguh indah. Ya, itulah yang dulu saya dan mungkin banyak wanita muda lainnya rasakan saat masih berstatus single. Menikah, berkeluarag dan memiliki anak masih menjadi impian banyak wanita terlepas dari pengaruh sosial masyarakat maupun keyakinan yang dianut. Namun, dibalik itu semua memang sudah menjadi naluri manusia untuk hidup berpasangan dan membangun keluarga, ini adalah dorongan alami kita untuk tetap menjaga kelestarian umat manusia dan supaya kehidupan tidak punah.

Rasanya menjadi wanita yang seutuhnya saat pernikahan, keluarga dan juga anak – anak mengisi hidup kita, namun, hidup berlangsung bukan seperti dalam cerita – cerita dongeng yang selalu berjalan mulus, Sesempurna apapun hidup kita, saat – saat pahit dan getir pasti ada meksipun tak tampak dari luar namun ya hanya kita sendiri yang bisa menilai dan merasakan nya.

Begitu juga saat sudah menjadi ibu rumah tangga, setelah menjalaninya sendiri, alhasil sukses merubah pendapat dan sudut pandang saya saat masih lajang dulu, bukan hanya merubah mungkin bisa dibilang memporak – porandakan asumsi dan pendapat yang sudah tertanam begitu lamanya. Meksipun status sebagai seornag ibu rumah tangga bisa dibilang masih belum mempunyai jam terbang tinggi, namun cukup untuk memberikan banyak pembelajarna dan membongkar banyak persepsi dalam hidup. Berikut lima pelajaran yang bisa kita ambil dalam menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga :

1. Menjadi ibu rumah tangga ternyata melelahkan

Dulu saya berpikir bahwa menjadi ibu rumah tangga itu sweet escape dari pekerjaan kantor dan deadline yang menumpuk dan menjadi ibu rumah tangga itu enak karena hanya di rumah saja dan bisa santai – santai rebahan setiap saat, ternyata itu semua salah besar. Menjadi ibu rumah tangga ternyata sangat melelahkan apalagi bila sudah ada ada anak yang menginjak usia toddler, lelah nya bisa dobel. Meksipun terlihat HANYA di rumah saja, namun di dalam rumah banyak yang harus dikerjakan mulai dari bersih – bersih rumah, merawat anak, memasak, dan pekerjaan domestik lainnya yang terlihat simple dan sepele namun saat it menjadi siklus rutinitas yang diulang – ulang setiap hari tanpa jeda juga bisa menyebabkan kita sebagai ibu rumah tangga mengalami kelelahan akut dan bila tidak segera ditangai bisa berujung stres, apalagi bagi para ibu yang tidak memiliki asisten dan harus mengerjakan semuanya sendiri. Berbeda dengan kerja kantoran yang ada cuti atau liburnya, menjadi ibu rumah tangga tidak mengenal cuti dan hari libur, alih – alih berpikir weekend waktunya malas – malasan, hal itu susah diwujudkan karena justru weekend adalah hari yang sibuk karena semua anggota keluarga lengkap berkumpul di rumah, bangun kesiangan saja sudah membuat semua rencana berantakan di hari itu.  

2. Parenting itu ternyata tidak mudah

Saat melihat feed – feed instagram maupun konten – konten parenting dulu sebelum menikah dan mempunyai anak, saya menganggap parenting itu mudah dan smeua bisa di handle sama halnya seperti menghandle pekerjaan, lakukan dan selesai. Ternyata memang praktek tidak semudah teori, hehe. Apalagi yang dihadapi adalah manusia kecil yang masih membutuhkan bimbingan dan terutama kesabaran dari orang tuanya. Banyak teori parenting yang berhasil begitu pun juga jauh lebih banyak yang ternyata tidak semudah apa yang disampaikan karena setiap anak mempunyai karkater dan cara penanganan yang berbeda – beda. Hal yang lebih utama yang mungkin tidak terlalu banyak diajarkan di ilmu parenting justru adalah bagaimana mengendalikan emosi si ibu karena parenting banyak  menitikberatkan pada anak sebagai fokus utama, padahal kewarasan dan kestabilan mental dan emosi ibu juga tidak kalah penting untuk diperhatikan dan justru menjadi poin utama parenting bisa dilakukan dengan baik. Bagaimana bisa mempraktekkan parenting kalau si ibu sendiri masih berkutat pada stress dan emosi yang belum terselesaikan.

3. Quality time dengan pasangan ternyata sangat penting

Dulu saat pengantin baru dan belum ada anak, rasanya semua berjalan mudah, kita mempunyai banyak waktu berdua bersama pasangan, apa – apa dilakukan berdua, kemana – mana juga berdua. Setelah punya anak, ternyata baru sadar bahwa momen – momen kebersamaan seperti itu sangat berharga dan bukan sekedar bersama saja karena saat sudah disibukkan dengan pekerjaan rumah dan anak, waktu bersama pasangan juga menjadi berkurang karena sama – sama sibuk dan lelah dengan peran dan aktifitas yang dijalankan. Namun, hal itu juga sebenarnya tidak boleh dijadikan alasan ya untuk terus mengabaikan pentingnya menyempatkan quality time bersama pasangan, tidak harus selalu wah,  hanya sekedar ngobrol berdua sebelum tidur atau saat makan malam bersama  dan tentu saja dengan meniadakan gadget agar tidak menjadi penghalang.

4. Berkurangnya frekuensi pertemanan

Ini juga tidak bisa dihindarkan dan sepertinya memang akan selalu begitu. Saat kita dan sahabat maupun teman – teman sebaya sudah sama – sama menikah dan punya anak, rasanya frekuensi dan intensitas untuk bertemu atau hanya sekedar ngobrol saja sudah sangat susah karena kesibukan mengurus keluarga masing – masing meskipun sama – sama ingin bisa meluangkan waktu bersama .

5. Status sebagai ibu rumah tangga yang kerap dipandang sebelah mata

Tidak ada yang lebih menyakitkan saat status kita sebagai ibu rumah tangga dipandang sebelah mata oleh sebagian besar orang, apalagi bila itu datang dari lingkunagn keluarga atau kerabat. Kerapkali menjadi ibu rumah tangga dianggap tidak memberikan kontribusi apa – apa dan terkadang kita juga menjadi rendah diri karena menjadi ibu rumah tangga, tidak ada jenjang karir atau status yang bisa dibanggakan dan juga tidak mendapatkan gaji seperti orang – orang lain yang bekerja di luaran sana. Memang susah megubah stigma yang sudah melekat dan menjadi suatu kebenaran bersama dalam masyarakat. Tolok ukur sukses yang hanya terbatas pada status pekerjaan atau jumlah pendapatan tidak bisa serta merta diubah dalam semalam, kalau sudah begini ya tinggal bagaimana kita harus bisa menguatkan diri kita sendiri.

Sungguh pelajaran hidup yang luar biasa yang mungkin hanya akan kita pahami saat benar – benar berada di posisi ini. Memang persepsi dan asumsi itu hanya subyektiftas kita saja karena ketidak tahuan dan kurangnya pengalaman, saat sudah menjalani sendiri peran ini barulah kita mengerti. Hidup ternyata punya caranya sendiri ya untuk mengajarkan manusia tentang apa itu hidup yang sebenarnya. Tapi seperti kata pepatah, habis gelap terbitlah terang, masa – masa berat seperti ini pun juga akan berlalu seiring dengan bertambahnya kebijaksaan dan juga dengan semakin besar nya anak – anak. Mungkin nanti kita akan tersenyum sendiri saat menengok ke belakang dan bagaimana kita akan lebih menghargai diri kita karena sudah berhasil melewatinya. So, sekarang bersabar dan nikmati saja.


Related Posts
Ashana Umi Fitria
Seorang Ibu, wanita, teman dan partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. Email : umifitria88@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar

Popular