Percintaan sepertinya akan selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan ya, karena dari sekian banyak cerita hidup anak manusia,salah satu yang paling besar porsi menyita perhatian nya salah satu nya ya urusan percintaan ini. Dimulai dari cinta monyet saat beranjak remaja, coba – coba pacaran dengan teman sekolah, sedikit lebih serius saat masuk kuliah, benar – benar serius saat sudah masuk jenjang dunia kerja dan menjadi seorang dewasa muda dan diakhiri dengan menikah sebagai puncak dari keseriusan kita dalam hal percintaan ini.
Banyak sekali kita dengar lagu –
lagu hits sepanjang masa juga bertemakan percintaan, entah tentang berbunga –
bunga nya perasaan saat jatuh cinta, galau dan patah hati nya saat putus dengan
sang pacar dan gimmick – gimmick lain yang juga tidak jauh – jauh dari asmara
antara pria dan wanita ini. Sungguh tidak terbantahkan lagi betapa kuat nya
pengaruh cinta ini dalam hidup kita.
Mungkin pahit manis dan perasaan
yang nano – nano itu kita rasakan saat masih berpacaran dengan si dia, beda
cerita lagi bila kita sudah beranjak ke level pernikahan , rasa nano – nano itu
masih ada namun tidak hebah saat masih pacaran karena psikologi cinta saat masih
berpacaran dan sudah menikah sangat jauh berbeda. Saat pacaran kita banyak
dikendalikan oleh imajinasi kita, harapan – harapan kita tentang seseorang yang
ada di depan maat kita ini dan skenario – skenario yang indah – indah tentang
pernikahan, berharap apa yang kita tonton sejak kecil di fim – film Disney
benar – benar akan menjadi kenyataan, bahwa setelah menikah kita akan happily ever
after.
Realita pernikahan
Ternyata semua itu memang benar –
benar hanya ada di film Disney ya, karena bila kita sudah mengalami sendiri
yang namanya dunia pernikahan wow rasanya juga tidak kalah naik turun nya saat
masih berpacaran, namun kadar nya saja yang berbeda. Saat masih pacaran kita
lebih banyak merasakan senang, suka cita dan seolah – olah pasangan kita adalah
the best men or woman in the world, benar – benar tiada cela (ya kalaupun ada cela
nya itu sangat lah minor dan hampir tidak terlihat). Namun, saat memasuki dunia
pernikahand engan orang yang sama, problem klasik pun datang yakni “mengapa pasangan berubah setelah menkah ?”.
Disadari atau tidak tema ini banyak sekali berseliweran di sosial media maupun
di konten – konten percintaan, tema mengapa pasangan berubah setelah menikah
ini memang seperti syok terapi di awal – awal pernikahan.
Namun, apakah benar bahwa setelah
menikah, hampir rata – rata atau sebagian
besar pasangan berubah ? sebenarnya berubah dari sisi apanya sih ? toh kan orang
nya juga sama saat masih PDKT atau pacaran ?. Well, menjawab pertanyaan tersebut memang harus
benar – benar dipikrikan secara mendalam ya dan kita juga harus bertanya pada
diri sendiri apakah kita juga berubah di mata pasangan ?. Secara garis besar
nya sebenarnya tidak ada yang berubah,
toh orang nya juga sama kan, yang berubah sebenarnya bukan subyek orang
nya, namun pikiran dan harapan kita akan sosok atau figure pasangan kita lah
yang membuat pasangan kita seolah – olah berubah drastis setelah menikah dan menjadi orang yang berbeda. Kita
bayak mendapatkan arahan dan pengetahuan bahwasanya pacaran itu tidak jaminan
kita mengetahui karakter asli pasangan dan ini bisa benar bisa juga salah.
Psikologi orang yang berpacaran adalah mereka saling menginginkan satu sama
lain dan tidak mau kehilangan sehingga untuk bisa menarik hati calon nya maka perlu ada upaya – upaya yang membuat sang calon luluh dan terpesona ,salah satunya apa ? salah satu nya
dengan menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri, ditunjukakn mulai dari
attitude yang baik, perhatian, mendengarkan dengan baik saat pasangan
berbicara, selalu ada untuk pasangan dan hal – hal menyenangkan lain nya yang membuat pasangan benar – benar nyaman hingga akhirnya jatuh hati, mengapa itu
semua dilakukan ? ya karena dalam rangka ingin mendapatkan hati calon pasangan
dan ending nya ingin memiliki calon pasangan dan menikah dengan nya, karena
dengan menikah maka secara sah adat, budaya dan hukum dia akan menjadi milik
kita. Jadi jelas kan orientasinya ? karena calon pasangan kita belum menjadi milik kita
sepenuhnya.
Sebenarnya tidak ada yang berubah
Saat sudah sah dalam ikatan
pernikahan maka kita akan kembali menajdi karakter asli diri kita, bukan
berarti saat masih berpacaran kita bermuka dua dan berpura – pura, bukan
begitu, itu adalah versi “terbaik” diri kita dan untuk menjadi yang terbaik
dari diri kita tentu butuh effort dan usaha yang luar biasa bukan, nah
disitulah mengapa saat menikah kita cenderung kembali ke karakter asli kita
karena pertama, tujuan kita sudah tercapai yakni mengikat hubungan percintaan
kita dalam tali pernikahan dan yang kedua karena untuk terus menerus melakukan
effort menjadi versi terbaik secara kontinyu dan konsisten itu tidaklah mudah,
benar – beanr butuh komitmen dan kesadaran dalam diri yang tinggi dan kuat
untuk berubah dan ini kaitan nya dengan determination dan self discipline yang tidak semua orang menguasainya.
Jadi apakah sudah ada gambaran
mengapa banyak orang mengeluh pasangan nya berubah setelah menikah , hehe. Sebenarnya
mereka tidak benar – benar berubah kok, mereka hanya kembali ke sifat aslinya hanya
saja kita yang keliru melihat mereka dari sudut pandang kita pribadi. Jadi,
daripada berdebat siapa yang berubah, mengapa kita tidak sama – sama saling
memberikan yang terbaik utnuk pasangan, kita tidak bisa merubah orang dan
berharap orang itu berubah karena berubah atau tidak nya seseorang itu adalah dari kehendak dan kesadaran individu yang bersangkutan, kita hanya bisa berperan
sebagai support system untuk mendukung terjadinya peruahan itu,namun jangan
sekali –kali kita berharap di luar batas akan perubahan itu kita sendiri yang
akan kecewa saat harapan - harapan itu
tidak terwujud. Ada seseorang yang saya kagumi berkata bahwa pernikahan itu
bukan saling menuntut untuk dibahagiakan tapi berlomba – lomba untuk saling
membahagiakan.