![]() |
Photo by cottonbro studio at Pexels.com |
Menulis artikel ini seolah ingatan kembali ke masa – masa menjadi wanita karir yang produktif, muda, penuh semangat, merantau ke kota metropolitan dengan membawa setumpuk mimpi dan harapan yang siap untuk dipersembahkan kepada orang – orang tercinta.Saat itu yang ada di kepala hanyalah bagaimana bisa mewujudkan mimpi, bagaimana bisa survive di ibu kota dan membawa pulang hasil kerja keras untuk keluarga.
Tidak mudah menjadi anak
perempuan pertama dalam keluarag yang bisa dibilang biasa – biasa saja,
meksipun tidak terucap secara langsung namun harapan itu ada, mimpi itu ada, hasrat
yang besar untuk merubah nasib hidup ke arah yang lebih baik itu ada dan
semakin menjadi – jadi saat kita sudah siap terjun ke dunia nyata. Mungkin itu
juga yang dulu saya rasakan, tanggung jawab seorang anak sulung perempuan yang
mungkin tidak harus dan tidak wajib, namun budaya dalam masayarakat membuat
kita menuju ke sana, menjadi tulang punggung keluarga. Saya tidak merasakan itu
sebagai beban, saya justru besryukur bisa membantu keluarga dan senang bisa
mendapatkan “peran” istimewa ini dan dengan segala dukungan semesta akirnya apa
yang saya harapkan, mimpi masa muda saya untuk diri dan keluarag pun bisa
terwujud.
Namun,
Ternyata hidup tidak berhenti
sampai disitu. Ada fase kehidupan lain yang harus kita jalani, jalan kita mungkin
berbeda dengan rekan – rekan sejawat kita, namun satu yang pasti, kita harus
melewati dan menapaki jalan hidup kita sendiri.
Di saat seperti ini, di saat sudah
menikah dan berkeluarga, di saat kita
sudah tidak engage lagi dengan dunia
kerja, tidak terlalu update lagi
dengan apa yang sedang terjadi atau apa yang sedang trending di luar sana, saya
mulai mempertanyakan, apa yang sungguh – sungguh saya inginkan ? setelah saya
punya cukup waku untuk diri sendiri, setelah anak sudah mulai tumbuh besar dan
punya aktifitas nya sendiri, di momen krusial ini saya sering mempertanyakan
apa yang benar – benar saya ingin lakukan ?
Apakah saya harus kembali ke
dunia korporasi ? menjajal usaha ini itu ? tetap menjadi ibu rumah tangga saja
? mencoba profesi lain ? kembali kerja kantoran supaya bisa mengejar
ketertinggalan dengan rekan sejawat ? rasanya semua hal sudah pernah saya coba
namun tetap belum bisa menjawab apa yang betul – betul pas untuk diri saya.
Kembali ke dunia kerja sepertinya
menyenangkan, namun ada PR besar yang harus saya selesaikan dengan diri saya sendiri
sebelum terjun ke workforce. PR
terbesar itu adalah mengenali diri saya kembali, ya mungkin itu dulu yang harus
saya kerjakan sebelum membuat keputusan penting karena bagi kita, wanita yang
sudah berkeluarga, kita akan dihadapkan pada pilihan – pilihan yang dilematis,
tekanan sosial dan stigma tertentu. Saya harus jernih melihat ke dalam diri sendiri,
saya harus mampu mengukur diri sendiri, saya harus yakin dengan apapun pilihan
saya kelak.
Jadi gimana ? ada yang berencana kembali kerja kantoran setelah break ?
BalasHapus