Dalam hidup berpasangan, terutama saat kita sudah berumah tangga, salah satu hal krusial yang seringkali menjadi penyulut polemik adalah masalah keuangan, hal ini berlaku baik yang keduanya bekerja atau hanya salah satu yang bekerja, sepertinya ada saja hal – hal atau masalah – masalah yang timbul yang bila kita runtut ujung – ujung nya adalah masalah uang.
Uang memang selalu menjadi topik yang
menarik untuk dibahas karena membicarakan uang dalam kehidupan nyata baik dalam
lingkup keluarga maupun pasangan masih dianggap kurang etis atau tabu sehingga
tidak jarang banyak dari kita juga merasa tidak enak atau sungkan saat ingin
membahas masalah uang dengan orang lain, terutama dengan pasangan.
Walaupun sudah berstatus menjadi
suami istri dan memang idealnya semua harus terbuka, begitu juga dengan masalah
keuangan, namun pada praktik nya kita semua selalu mengalami jalan buntu, entah karena memang kita terjebak dalam norma masyarakat yang sudah kita anut dan
menjadi doktrin selama bertahun – tahun atau memang karena faktor lain yang
kita sendiri juga sampai sekarang masih mencari – cari jalan keluar nya. Beberapa
orang dikaruniai pasangan yang enak diajak ngobrol tentang keuangan , beberapa
lagi sangat susah bahkan tertutup saat membahas isu ini, ya memang itu semua
kembali ke kepribadian masing – masing orang, namun bukan berarti kita
pasrah dengan keadaan, tetap mengupayakan untuk membedah benang kusut dalam
masalah komunikasi finansial rumah tangga harus terus dilakukan.
Banyak cerita yang biasa kita dengar dari kawan, kolega, kenalan bahkan pengalaman kita sendiri yang akhirnya membentuk suatu common pattern atau pola permasalahan yang umum terkait maslaah komunikasi keuangan ini, seperti pertanyaan - pertanyaan mengenai bagaimana dan berapa prosentase pembagian keuangan keluarga inti bila kedua pasangan bekerja ?, bagaimana bila kedua pasangan adalah sandwich generation ?, bila hanya salah satu pasangan yang bekerja, bagaimana dengan membantu mertua ?, bagaimana dnegan pemenuhan kebutuhan pribadi masing – amsing pasangan ? dan masih banyak lagi permasalahan yang ada saja bila kita mau mencarinya satu per satu. Lalu bagaiman ya caranya agar komunikasi dengan pasangan tentang uang ini bisa senyaman dan sebiasa mungkin seperti halnya kita berkomunikasi sehari – hari pada umumnya ?
Well, memang tidak mudah dan tidak ada jawaban yang
mutlak pasti berhasil karena sebenarnya ini bukan hanya masalah “uang” nya yang menjadi sorotan, namun yang lebih penting adalah masalah empati antar pasangan,
seperti kata peribahasa, uang akan menunjukkan karakter asli seseorang, mungkin
ada benarnya juga ya bila kita mau merenungi nya.
Sebisa mungkin kita jangan terlalu fokus pada masalah uang nya, tapi kita harus bertanya mengapa ? ada
beberapa kasus di mana istri merasa cemburu atau kurang suka bila suami
mengirimkan uang bulanan rutin kepada orang tua nya, padahal kondisi orang
tuanya bisa dikatakan cukup mampu dan tidak kekurangan, bahkan dari sisi
orang tua juga tidak menuntut si anak untuk memberikan dengan mematok nominal tertentu,
dari sini sebenarnya bukan masalah berapa uang yang diberikan tiap bulan ke
orang tua pihak suami, namun lebih kepada mengapa suami memberi orang tuanya
padahal orang tuanya tidak menuntut ? bukan berarti si suami tidak adil atau egois, namun bila kita bisa ber empati, maka kita akan berpikir bahwa
tindakan sang suami adalah sebagai bentuk rasa hormat dan kasih sayang nya kepada orang
tua nya, sehingga sebagai simbolik dan bentuk rasa sayang nya itu sang suami menyisihkan sebagian
pendapatan nya untuk diberikan kepada orang tua nya. Kalau melihat permaslaahn
seperti ini mungkin sebagai pasangan kita akan lebih legowo dan bisa mengerti
sehingga cek cok dan bertengkar karena masalah uang bisa lebih diminimalisir.
Pun begitu juga dengan masalah – masalah lain nya, mungkin sebelum kita emosi ada baik nya kita memahami terlebih
dahulu dari sisi pasangan kita, menyelami psikologi nya, dan bila dirasa memang kurang pas dan tidak berkenan, bolehlah kita bicara empat mata untuk mengutarakan isi hati dan
maksud kita, tentunya saat situasi nya kondusif ya.
Sekali lagi mungkin masalah keuangan
untuk pasangan yang sudah menikah tidak akan pernah ada habisnya begitu pula
dengan solusi nya, akan bisa sangat beragam dan tidak semua solusi bisa compatible
dan cocok antara pasangan yang satu dengan yang lain nya, semua akan selalu
dikembalikan kepada masing – amsing pasangan karena hanya mereka yang mengerti
duduk perkaranya dan yang lebih penting adalah mengedepankan berpikir jernih
dan tidak langsung merespon secara emosional saat dirasa saling
bersebrangan. Sebenranya memang tidak ada pasangan yang benar –benar klop dan
klik dalam hal apapun, untuk itulah diperlukan jembatan yang namanya empati dan
pengertian satu sama lain.
Semoga sedikit cerita ini bisa
memberikan pencerahan atau setidaknya membuat kita lebih legowo dan cooling
down saat harus dihadapkan pada masalah keuangan ataupun masalah yang lain nya
dalam pernikahan.