Belakangan ini marak beredar tren postingan di sosial media yang membahas mengenai status dan kedudukan anak dan orang tua dari sudut pandang finansial. Studi kasus yang diangkat adalah bahwasanya di masyarkat kita masih ada beberapa orang tua bahkan banyak yang cenderung mengandalkan anak untuk menopang kehidupan dan masa tua mereka, bahkan lebih ekstrim nya lagi menuntut anak secara terbuka untuk menanggung hidup mereka. Dari sudut pandang anak, si anak merasa “saya kan tidak minta dilahirkan, mengapa saya yang harus bertanggung jawab terhadap hidup anggota keluarga lain ?”
Well, akan jadi pembahasan yang sangat panjang dan tentu
saja selalu memicu perdebatan bila membahas hal tersebut tanpa dilandasi kelapangan
hati dan pikiran, karena setiap kepala mempunyai pendapat yang dilatar
belakangi cara berpikir, pola asuh, lingkungan sosial dan budaya yang berbeda –
beda. Disini, kita akan coba melihat dari sudut pandang orang tua dan juga
sudut pandang anak untuk menemukan irisan dari kedua sudut pandang tersebut.
Dari sudut pandang orang tua, satu hal yang pasti bahwasanya
setiap orang tua memiliki nilai dan prinsip yang mungkin saja berbeda dengan
yang lain dalam hal membesarkan anak . Beberapa orang tua yang memiliki
pandangan anak adalah investasi adalah mereka yang beranggapan bahwa sudah
menjadi hak mereka dan menjadi kewajiban anak , bahkan dalam beberapa kasus anak
dituntut untuk menanggung hidup dan masalah – masalah ornag tua karena anak
sudah dilahirkan dan dibesarkan dengan jerih payah dan pengorbanan. Di sisi
lain, ada orang tua yang dengan penuh kesadaran merawat dan membesarkan anaknya
dengan tujuan agar anaknya kelak menjadi manusia dewasa yang mandiri, tangguh, bisa
ber akselerasi dalam kehiduan sosial bermasyarakat dan tidak menuntut anak
untuk selalu memenuhi segala keinginan orang tua.
Dari sudut anak pun sama, tidak semua anak memiliki
pemikiran yang sama mengenai bagaimana mereka harus menyikapi kondisi orang tua
nya. Beberapa anak beranggapan bahwa saat mereka dewasa mereka sudah punya
kehidupan sendiri dan tidak adil rasanya harus mengorbankan masa muda dan
kehidupan mereka untuk memenuhi semua kebutuhan dan keinginan orang tua. Di
sisi lain, ada anak yang dengan kesadaran penuh dan sukarela berbakti dan
membahagiakan kedua orang tua nya atas dasar cinta kasih.
Dari kedua sudut pandang orang tua dan anak tersebut, dapat
kita lihat bahwa ada hubungan orang tua dan anak yang sifatnya take and give, orang
tua menjalankan kewajiban dan anak sebagai legacy nya diharap akan memberikan
hak orang tua sebagai tanda jasa dan itu dianggap wajar dan sah – sah saja. Ada
juga orang tua yang dengan kesadaran penuh memandang anak bukan sebagai
investasi, melainkan sebagai amanah, seorang individu yang harus dibersamai
dalam setiap fase hidup nya sampai dia bisa mandiri dan bisa bertanggung jawab
dengan hidup nya sendiri, menjadi manusia dewasa seutuhnya.
Sejatinya,tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya
dan tidak ada anak yang tidak ingin melihat orang tua nya bahagia, terlebih menjelang
masa tua mereka. Bila orang tua dan anak sama – sama punya kesadaran penuh
dengan posisi mereka, mungkin polemik seperti kasus anak adalah investasi tidak
akan sering kita dengar lagi, karena masing – masing pihak manjalankan fungsi
nya dengan baik. Orang tua yang sangat menginginkan hadirnya buah hati di
tengah – tengah mereka, yang kehadiran nya sangat ditunggu – tunggu, saat sang
anak sudah hadir, orang tua merawat dan membesarkan anak dengan kasih sayang
dan cinta yang tulus tanpa pamrih, sebagai seorang anak yang tumbuh dan dibesarkan
dengan cinta yang tulus, akhirnya saat mereka dewasa tanpa diminta pun mereka
dengan penuh kesadaran dan sukarela akan dengan senang hati membantu orang tua
nya saat mereka berusia senja, bukankah hubungan seperti itu yang kita harapkan
? bukan sekedar hubungan timbal balik karena dasar hak dan kewajiban saja, tapi
lebih dari itu semua, hubungan yang didasari atas cinta kasih yang tulus.