Entah kenapa akhir – akhir ini kepikiran terus untuk kembali
berkarir, bukan karena tidak bersyukur dengan gaji pak suami, saya sangat
bersyukur karena itu adalah bentuk tanggung jawab kepada keluarga, diluar
bahasan nominal ya J,
hehe.
Kehidupan berubah total sejak saat itu, saya
sudah tidak mendapat gaji bulanan lagi sehingga supply ke orang tua juga harus
berhenti, sedih sekali rasanya, yang biasanya bisa memberi ke orang tua
sekarang tidak bisa lagi. Niat hati setelah lahiran dan ASI ekslusif 6 bulan
saya ingin kembali bekerja, namun pandemi menghantam sehingga sangat sulit
untuk mencari lowongan pekerjaan, bahkan relasi – relasi juga banyak yang
dirumahkan, kondisi ini semakin berangsur – angsur hingga anak saya berusia 2 tahun di tahun ini, sehingga kesibukan saya sebagai IRT ya menurus urusan
domestik dan mengasuh anak. Di sela – sela kesibukan saya, saya menyempatkan
untuk selalu upgrade skill, wawasan, belajar banyak hal dan juga kembali memuat
blog dan menulis agar saya masih mempunyai ruang untuk aktuaktualisasi diri. Namun, yang sampai sekarang menjadi
ganjalan adalah saya belum bisa lagi melakoni peran saya seperti dulu saat
bekerja, memberi kepada orang tua dan membantu pembiayaan adik saya. Lagi –
lagi, sebenarnya orang tua saya tidak mempermasalahkan hal itu, karena mereka
ingin saya fokus dengan hidup pribadi dan keluarga saya sendiri, namun cinta
saya dengan kedua orang tua dan adik – adik saya terlalu besar untuk begitu
saja saya berlepas tangan. Namun, belum
banyak yang bisa saya lakukan hari ini karena keluarga kami juga baru pindah ke
luar pulau, mengikuti suami yang bekerja dan melanjutkan studi nya di sini. Mau bekerja
lagi namun kami tidak punya relasi atau orang yang dipercaya untuk menjaga anak
kami,karena untuk urusan anak kami agak sensitive dan picky untuk urusan titip
menitip, akhirnya untuk saat ini saya jaga kandang di urusan domestik sebagai
IRT dan suami yang keluar bekerja.
Sebagai wanita yang berawal dari masa kecil penuh kerja
keras mulai dari bangku sekolah, kuliah hingga langsung bekerja selepas lulus
kuliah, dengan rentang waktu bekerja di satu perusahaan multinasional yang
lumayan lama, hampir 8 tahun, semua berubah total saat saya menikah. Keputusan
menikah bagi siapapun memang bukan keputusan mudah, karena akan ada banyak
konsekuensi yang mengikuti setelah nya. Dahulu, saat saya masih bekerja, saya
berprinsip bahwa saya akan menikah setelah saya selesai memperbaiki taraf
hidup keluarga saya, saya memang termasuk generasi sandwich, tapi bukan karena
paksaan orang tua, namun saya sendiri yang mempunyai kesadaran untuk membantu
kehidupan keluarga kami. Setelah bekeja, saya mengambil alih pembiayaan pendidikan
ketiga adik saya, hingga yang pertama lulus kuliah, yang kedua lulus SMK dan
langsung bekerja karena tidak mau melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, dan
yang terakhir sampai lulus SMP, karena saya akhirnya menikah saat adik saya
yang terakir masuk SMA.
Setelah 20 tahun lebih keluarga kami mengontrak rumah,
akhirnya dari hasil kerja, saya bisa membantu mewujudkan impian untuk mempunyai
rumah sendiri, hingga saya masih bekerja, akhirnya rumah kami bisa lunas
dipercepat, dan dari bonus - bonus projek tahunan, kami bisa membeli mobil untuk
bepergian keluarga. Puji syukur saya panjatkan akhirnya perlahan – lahan
keluarga kami mempunyai rumah dan mobll sendiri dan kehidupan berjalan lebih
baik.
Setelah menikah, saya masih bekerja, karena memang saya
ingin terus berkarir untuk membantu kelaurga besar (karena adik masih SMA), dan
juga membantu keluarga kecil saya sendiri. Walaupun dari sisi orang tua ayah
saya masih bekerja dan masih sanggup membiayai adik terakhir saya untuk
sekolah, namun saya kasihan karena sebentar lagi ayah akan pensiun, jadi lagi –
lagi saya bertekad harus mengambil alih urusan adik bungsu saya.
Namun, kejadian tak terduga datang, perusahan tempat saya
bekerja memberlakukan efisiensi SDM, dan kebanyakan yang kena dampak adalah
pegawai yang sudah lumayan lama , termasuk saya yang hampir 8 tahun bekerja di
sana. Yap, hari itu pun datang juga, status saya sebagai pegawai teatp tidak
luput juga dari sasaran, saya di released dengan alas an efisiensi, dalam kondisi
hamil 7 bulan L
Saya berharap semoga ke depan ada jalan keluar yang win –
win, dan harapan – harapan saya bisa terwujud, yakni kembali bisa membantu
orang tua tanpa mengesampingkan keluarga kecil saya sendiri.