Ilustrasi :People photo created by tirachardz - Freepik
Banyak pasangan kekasih yang semenjak menjajaki jenjang PDKT atau pacaran,mereka memimpikan akhir hubungan yang bahagia,ya wajar – wajar saja, karena semua pasangan, khusunya wanita ingin status nya jelas dalam suatu hubungan, bila sudah lama pacaran apalagi yang diharapkan selain segera meresmikan ke jenjang yang lebih serius.
Pernikahan dengan segala pernak pernik nya tentu menjadi
bucket list dalam hidup setiap wanita, mereka memimpikan pernikahan yang
sempurna karena telah bertekad bahwa pernikahan adalah momen sekali seumur
hidup yang akan dijalani dengan orang terkasih. Tak heran, sebelum pernikahan
banyak psangan yang sudah mulai merencanakan blueprint rumah tangga nya , mulai
dari membahas masalah keuangan, pola pengasuhan anak, maintain quality time
bersama, mitigasi masalah dan lain – lain, sehingga dengan penuh percaya diri
dan mantap melaju ke jenjang pernikahan.
Pesta pernikahan terasa sangat singkat, namun momen itu akan
tetap terkenang, dimana keluarga dan dahabat berkumpul untuk merayakan
kebahagiaan pengantin baru. Namun, di
sinilah terkadang klise mulai terjadi, 6 bulan pertama setiap hari terasa bulan
madu, selanjutnya bisa kita simpulkan sendiri.
Dunia pernikahan memang sesuatu kalau kata anak jaman
sekarang, banyak warna dan banyak rasa, banyak pasangan yang setelah menikah
merasa bahwa kok blueprint atau checklist yang ingin diwujudkan setelah menikah
terasa seolah – olah hanya rencana belaka
tanpa adanya upaya eksekusi ? ya, inilah fakta baru, tidak sedikit kita
semua setelah menikah seolah – olah menjalankan pernikahan dan rumah tangga
seperti pesawat autopilot, dimana kita hanya menjalani saja day by day tanpa ada evaluasi. Rencana –
rencana yang dulu tampak sempurna seakan – akan sudah lupa entah kemana
sehingga banyak yang mengalami hilang kemudi dan merasa “ ini mau dibawa kemana
? “
Banyak pasangan yang mungkin berpikirna bahwa setelah
menikah pasti pasangan kita akan maklum dan bisa menerima kita apa adanya, ya
beginilah saya, betul memang sebagai pasangan kita harus menerima semua
kelebihan dan juga kekurangan partner kita, namun kembali lagi, rumah tangga
atau pernikahan ini bila kita lihat dalam scope yang lebih luas adalah tatanan
mikro dalam suatu masyarakat, seharusnya kita memperlakukan rumah tangga dan
pernikahan kita sama hal nya kita memperlakukan suatu sistem masyarkat kecil,
yang terdiri dari ayah (suami) sebagai kepala negara dan ibu (istri) sebagai
kepala pemerintahan, anak – anak dalah anggota dalam sistem pemerintahan mikro
kita dalam keluarga. Jadi, sudah seharusnya dan sewajarnya pula kita tidak
boleh melakukan mode autopilot dalam rumah tangga, harus ada visi misi yang
jelas yang hendak dicapai bersama, dan apa saja langkah – langkah dalam
mencapainya, bagaimana pembagian tuags nya, setelah semua anggota memahani barulah
kita jalankan rumah tangga ini berdasarkan pakem atau aturan kesepakatan yang
sudah dibuat dan disepakati bersama, mungkin bila perlu ditulis juga ya supaya
tidak lupa.
Kenapa terkesan seperti serius sekali ya ? mungkin banyak
yang berpikir seperti itu, bukan nya kita pulang ke rumah ya ingin nya santai ,
melepas lelah ukan malah menyibukkan diri atau memeperkeruh pikiran dengan
aturan – aturan seperti itu ? well, terkesan serius atau ketat itu hanya masalah
persepsi, semua kembali kepada komitmen masing – masing pasangan bagaimana
ritme dan irama mereka dalam menjalankan pernikahan, yang perlu di garis bawahi di sini adalah, apapun dan
bagaimanapun gaya berumah tangga, tetap ingatlah pada tujuan awal pernikahan
dan goal –goal yang ingin dicapai bersama, sehingga dalam perjalanan
meraihnya kita tidak salah jalan, tidak lupa dan tidak sekedar mengalir tanpa
tujuan yang jelas.
Apapun yang kita lakukan untuk membuat pernikahan kita
langgeng semoga kita semua bisa tetap dalam komitmen penuh dalam menjalaninya,
keluarga yang baik akan melahirkan masyarakat yang baik pula, karena analogi
nya, mikro sistem yang baik akan melahirkan makro sistem yang baik juga , jadi
memulai perubahan dalam masyarakat maupun negara bisa kita mulai dari dalam
keluarga kita.