Berbicara tentang hidup yang ideal, hmmm siapa sih yang tidak menginginkan nya ? semua orang ingin punya rumah, kendaraan, pakaian yang pantas dikenakan, kebutuhan nya terpenuhi dengan baik, bahkan tidak hanya sebatas kebutuhan tapi juga keinginan – keinginan nya, wahh makin pengen saja ya. Adalah hal yang lumrah sebagai manusia untuk selalu menginginkan kehidupan yang lebih baik dari hari ke hari, tentunya kita juga tidak mau seumur hidup begini – begini saja kan ?
Peran sosial media dan semenjak pandemi belakangan ini memaksa orang untk stay at home dan semua aktifitas dilakukan
dari rumah. Hal ini membuat kita semakin sibuk di urusan domestik atau bahkan
beberapa justru banyak mempunyai waktu luang di rumah. Banyaknya waktu luang di
rumah ini bila tidak digunakan untuk hal – hal yang produktif akan membuat kita
terlena dengan kenyamanan, apalagi kalau setiap hari kerja nya scroll –scroll sosial
media terus.
Tren sosial media di tahun –
tahun semenjak pandemi ini juga semakin memprihatinkan, di dominasi semakin
banyak nya konten – konten pamer kesuksesan dan kekayaan yang dampaknya justru lebih banyak membawa
kita lebih inscure daripada termotivasi. Mungkin dari beberapa konten tersebut
memang berhasil membuats sebagian kita menajdi termotivasi, namun di sisi lain
juga sama membuat stres nya karena kita merasa kok belum seperti dia. Inilah yang menyebabkan angka depresi
dan banyak anak muda yang self proclaim sedang mengalami mental health, karena
society pressure yang banyak terjadi di sosial media.
Sekarang kembali ke
pertanyaan,apakah salah dan langsung di cap gagal bila kita belum mencapai
stage atau level seperti hidup para konten – konten kreator di sosial media ?
hmm, tidak juga, karena yang perlu diingat hidup itu bukan kompetisi sukses –susksesan,
banyak – banyakan subscribers atau
banyak – banyakan uang dengan orang lain, karena setiap orang hidup dalam
koordinatnya sendiri yang sifatnya unik dan tidak mungkin sama dengan orang
lain. Jadi, kita tidak bisa menyamaratakan cara – cara tertentu kepada semua orang.
Kita tidak pernah meminta
dilahirkan dalam situasi keluarga seperti apa, tipe orang tua yang seperti apa
dan lingkungan yang seperti apa, beberapa orang memang beruntung lahir di
tempat dan dikelilingi orang – orang yang supportif sehingga membuat perkembangan
dirinya melesat , namun sebagian yang
lain justru mengalami hal yang sebaliknya sehingga mustahil dengan prorotype
yang berbeda diberlakukan judgment standar – standar yang sama.
Setiap orang unik dengan
perjalanan hidup, ujian dan lika – liku hidupnya sendiri, apa yang berhasil
bagi sebagian orang belum tentu berhasil bagi yang lain, maka sangat miris saat
orang – orang mulai menilai dan membandingkan satu orang dengan yang lain, karena sebenarnya kita tidak pernah tahu perjalanan hidup orang itu sendiri
seperti apa.
Saat variabel dari luar diri kita
begitu besar nya mempengaruhi, salah satu yang bsia kita andalkan hanyalah
percaya pada kemampuan diri kita sendiri tanpa perlu melirik dan stres dengan
pencapaian orang lain, mungkin hal ini terdengar simple dan mudah dilakukan
namun dalam kenyataan nya kita akan dituntut sangat struggling dalam mengelola mental
dan emosi kita supaya tidak terpancing. Kita juga harus bisa mengendalikan
budaya ikut- ikutan yang sekiranya kurang pas dengan diri kita karena yang
tahu kebutuhan dan apa yang kita inginkan ya diri kita sendiri. Sah –sah saja
menganggap keusksesan orang lain sebagai cambuk, namun ironisnya bukan semangat
atau ide cemerlang yang biasanya muncul lebih dulu namun rasa insecure dan
terburu – buru ingin seperti mereka yang biasanya hadir sehingga membuat kita
menabrak sana sini dalam mengambil keputusan dan bersikap dengan tujuan supaya
bisa cepat mengejar ketertinggalan dengan para figure – figure yang kita lihat
pencapaian nya.
Efek beruntun dari buru – buru itu
tadi yang akhirnya membuat kita menajdi buta dengan mana yang benar dan salah,
semua diterabas dan kita menjadi sangat ignorance. Tidak henti – henti nya para
orang – orang sukses memberikan wejangan terutama kepada kaum muda bahwa
untuk mencapai titik sukses diperlukan perjuangan, keringat dan juga waktu, tiga hal
ini yang sepertinya sangat langka sekarang ini, karena semua orang maunya cepat
dan ditambah bayang – bayang masa depan yang tak menentu yang menambah parah
paranoid kita.
So, its okay bila sekarang ini hidup
kita belum bisa dikatakan ideal karena kita masih memulai, masih berjuang,
masih berpeluh – peluh untuk meraih apa yang kita sebut dengan standar sukses
kita, bukan standar sukses orang lain. Memang sulit untuk mempertahankan
keteguhan hati dan kepercayaan terhadap diri sendiri akan langkah yang sekarang
kita jalani, tapi sekali lagi kita ini unik dan kita punya jalan cerita hidup
dan juga jalan cerita sukses yang berbeda – beda nantinya.