Anak kecil dan rewel, sepertinya dua hal ini tida bisa dipisahkan ya mom, hampir semua anak – anak pernah mengalami yang namanya rewel, hal ini memang sangatlah wajar mengingat anak – anak belum mempunyai kontrol emosi yang stabil dikarenakan masih dalam tahap belajar mengenali dan meng ekspresikan emosi yang dirasakan nya.
Dalam keseharian, apalagi saat anak mulai meninjak amsa
balita dan sudah lepas dari ASI, masa – masa mereka bermain dan meng explore dunia
luar akan semakin dominan, di sini kadang menjadi dilema baru bagi para ibu,
mulai dari drama susah makan, pilih – pilih makanan, rewel bahkan tantrum. Hal
ini adalah kondisi yang sangat wajar ya mom, mengingat pada masa ini
perkembangan motorik anak sedang berkembang pesat sehingga fokus nya bukan lagi
pada makanan seperti saat mereka masih di rentang usia MPASI, namun pada dunia
atau hal – hal di luar dirinya.
Adakalanya anak rewel dan tantrum
Walau tidak selalu dan tida bisa diukur pada setiap
anak, namun rata – rata dari pengalaman pribadi dan melihat anak – anak kerabat,
usia 2 – 4 tahun adalah usia – usia anak akan mulai belajar mengungkapkan
emosi, proses ekspresi nya sendiri bermacam – macam, mulai dari suka berteriak-
teriak, menangis, tantrum, bahkan tidak sedikit orang tua yang merasakan anak
nya menjadi berubah sedikit “nakal” daripada sebelum – sebelum nya. Ingat ya
mom, ini bukan berarti anak kita "nakal" loh, karena memang keterbatasan mereka
dalam menyampaikan maksud dan keinginannya.
Lalu, bagaimana kita sebagai orang tua supaya tetap berada pada level emosi yang stabil dalam menghadapi fase perubahan anak di usia balita ini ? wah, tentu ini akan menjadi hal yang sangat menarik untuk dibahas ya karena di usia ini kita sebagai orang tua terutama ibu, sangatlah diuji kesabaran nya dalam menghadapi tingkah perangai anak. Supaya kita masih tetap waras, mungkin kita bisa melakukan beberapa tips berikut ini :
Sadari. Kita harus sepenuhnya menyadari apa yang sedang kita hadapi, pertama kita harus selalu aware dan sadar bahwasanya si kecil sedang
berada pada fase dimana perkembangan motorik dan emosi mereka sedang berkembang
pesat, dan ini tentu tidaklah mudah, baik dari sisi kita sebagai orang tua
maupun dari sisi si anak itu sendiri. Dengan menyadari bahwa anak kita juga
sedang berjuang melewati fase hidupnya,
kita akan lebih mudah mengontrol emosi dna tidak mudah terpancing.
Tunjukkan empati. Saat anak mulai tantrum untuk meluapkan
emosi, sebisa mungkin tunjukkan sisi empati kita dengan bertanya secara baik –
baik kepada anak apa yang mereka rasakan, mengapa mereka menagis, apa yang
membuat mereka menangis dan tidak secara langsung memarahi atau menyuruh untuk
berhenti menangis saat itu juga. Banyak dari kita semua terkadang kurang sabar
mendengar anak rewel dan sebisa mungkin melakukan berbagai cara agar anak cepat
diam dan berhenti, beberapa contoh yang ekstrim bahkan membentak ana untuk
memberi efek jera dan takut supaya segera diam dan berhenti menangis. Hal ini
tentu tida bagus ya mom untuk jangka panjang, ingat bahwa anak – anak mempunyai
ingatan yang tajam, jangan sampai tindakan kita sebagai orang tua membuat anak
menjadi trauma, kita tida pernah tau dari sekian perilaku kita ke anak, yang
mana yang akan menjadi sumber trauma atau ketakutan mereka, jadi alih – alih
memarahi atau mengancam anak untuk segera diam saat rewel, kita bisa melakukan
pendekatan yang lebih empati ke anak.
Jangan cepat menghukum. Hukuman pada anak sepertinya adalah
hal yang biasa dan wajar dalam budaya parenting kita.Tidak ada yang salah dengan
hukuman, di satu sisi hukuman menunjukkan pada anak bahwa mereka harus menerima
resiko atas kesalahan yang dilakukan. Namun, menghukum anak balita hanya karena
mereka rewel, tentu bukanlah hal yang tepat. Menghukum anak bisa kita lakukan
saat anak sudah mulai stabil dalam pengenalan emosi, saat mereka sudah lebih
besar dan mature, saat mereka sudah memahami komunikasi dua arah , sedangkan
saat anak masih balita, yang mana komunikasi saja belum lancar maka akan menjadi
tindakan yang egois untuk menghukum karena anak juga pasti tidak paham dengan
hukuman itu sendiri.
Tunjukkan kasih sayang. Alih – alih menghukum anak saat
rewel, hal yang bisa kita laukan justru sebaliknya, dengan menunjukkan
affection atau kasih sayang kepada anak. Saat anak mengalami gejolak emosi yang
mereka sendiri belum bisa meng handle, alangkah baiknya kita datang dengan
menawarkan kasih sayang, dengan begini anak akan merasa diterima, tidak dihakimi atau disalahkan karena menangis dan anak akan merasa aman saat mereka
ingin mengekspresikan emosi mereka karena mereka tahu orang tua nya tidak akan
marah dan akan menemani mereka.
Orang Tua Memainkan Peranan Penting
Salah satu PR terbesar orang tua memang mengendalikan emosi,
terutama saat berhadapan dengan anak yang sedang rewel atau tantrum, kita
sebagai orang yang lebih dewasa seharusnya memang yang harus lebih memahami dan
mengerti sisi psikologis anak kita, karena bagaimanapun juga anak kecil tidak bisa
disalahkan karena mereka bukan manusia dewasa versi kecil, mereka bahkan belum
berkembang sepenuhnya baik fisik maupun mental untuk bisa disebut sebagai
manusia dewasa, sehingga kita lah yang sudah menjadi manusia dewasa ini yang
akan sealu dituntut untuk memahami dan ber empati kepada anak kita dengan
mengendalikan emosi kita. Tidak dipungkiri bahwa kita sebagai orang tua juga
tidak sempurna, adakalanya kita sangat capek dan lelah secara mental dan fisik,
apalagi bila harus disuguhi pemandangan anak yang sedang rewel, rasanya semua
emosi bisa bercampur menjadi satu. Semua orang tua pasti pernah merasakan nya
dan perasaan semacam itu adalah hal yang wajar, tinggal bagaimana kita
mengcounter nya dan bagaimana output kita ke si anak.