Sebagai ibu rumah tangga, apalagi yang sebelumnya mempunyai background seorang wanita karir pasti sangat berat sekali saat harus melewati masa – masa switch dari bekerja menjadi full time ibu rumah tangga, salah sat hal yang hilang pada diri kita adalah kurangnya atau bahkan tidak adanya lahan untuk aktualisasi diri. Menjadi sangat dimaklumi saat kita terbiasa dengan pencapaian target, prestasi, pujian, teguran dan segala macam bentuk take and give dalam suatu organisasi atau perusahaan di mana kita juga menajdi bagian dan identitas dari perkumpulan itu memberikan suatu pride tersendiri dalam diri kita, kita merasa fulfill walaupun tentu ada juga msa – masa jenuh dan burnout di tempat kerja, namun sebagian besar kebutuhan aktualisasi dan pengakuan kita bisa terakomodir dengan baik.
Berbeda dengan menjadi ibu rumah
tangga, di mana hidup kita 24 jam akan senantiasa berkutat dengan rumah sebagai
area atau wilayah domestik kita, tidak ada atasan ataupun bawahan, tanggung
jawab yang di emban pun dilaksanakan tanpa ada jam atau hari libur karena tidak
ada kata libur untuk operasional rumah tangga. Perlahan lingkungan pergaulan
kita juga akan mengecil seiring berjalan nya waktu karena area pertarungan kita
juga mengecil yakni di dalam rumah, tidak adanya lahan untuk aktualisasi atau
menjadi identitas seperti hal nya saat bekerja membuat banyak ibu rumah tangga
yang stres dan depresi saat awal – awal menjalankan peran ini, terutama para
ibu yang masuk kategori milenial yang notabene sudah familiar dengan sosial
media dan merupakan makanan sehari – hari, hal ini makin menmbah rasa insecure
dan overthinking saat melihat teman – teman nya dulu terlihat mempunyai
kehidupan dan karir yang lebih wow daipada kita yang hanya sebagai ibu rumah
tangga, tentu makin membuat stres berat.
Lalu, bagaimana kita menyikapi
fenomena ini ? menyalahkan orang lain ataupun meida sosial tentu juga bukan hal
yang bijak karena bagaimanpun juga mereka semua hanyalah tools atau alat, yang
mana kita lah yang berperan sebagai subjek atau pengendali objek tersebut, kita
tidak mungkin serta merta menyalahkan teman
- teman kita di sosial media yang suka pamer kehidupan dan pencapaian
nya karena kita tidak pernah tahu motif di balik itu semua atau luka batin dan
masalah apa yang coba untuk di kamuflase dengan status – status di sosial
media, menuntut untuk sosial media di take down juga lebih tidak mungkin lagi
karena itu berarti kita mennatang pasar kapitalis secara terang – terangan yang
mana sangat lah mustahil sehingga kita sebagai individu hanya bisa melakukan
usaha yang sifatnya personal untuk melindungi diri kita sendiri dari depresi,
stres dan overthinking yang belakangan ini marak menjadi bahan perbincangan
dan menyerang hampir semua kalangan tidak memandang usia, status sosial maupun jabatan.
Terutama untuk para ibu – ibu muda
yang memutuskan atau berada pada situasi dan kondisi untuk menjadi ibu rumah
tangga, tenang, berikut tips yang mungkin bisa kita pertimbangkan sata kita
merasa lelah dengan semua drama sosial media dan persaingan untuk mendapatkan
pengakuan :
Uninstall sosial media. Apakah ini terdengar sangat keras dan
ekstrim ? namun ya, tidak ada jalan lain untk tetap menjaga hati dan mental
kita untuk tetap tenang dan tidak panas ataupun terprovokasi saat melihat postingan kawan di
sosial media adalah dengan uninstall aplikasi sosial media, yap se simple itu. Dengan
tidak menginstall sosial media kita tidak akan tergoda untuk membuka – buka atau
scroll – scroll tidak jelas status – status orang lain yang hanya membuat kita
semakin insecure dan stres karena kita
tidak bisa melarang orang lain untuk tidak update status, so jalan keluarnya
adalah kita lah yang harus berhenti menonton mereka. Titik.
Unsubscribe email atau newsletter. Saat kita memutuskan untuk
menjadi ibu rumah tangga, hal ini berarti tidak ada atau belum ada wacana dalam
waktu dekat untuk kembali bertarung di dunia kerja yang keras, maka dari itu
janganlah kita mengelilingi diri dengan informasi seputar dunia kerja dan lika
liku nya karena hal ini akan membuat fokus dan ketenagan hati kita buyar, salah
satu nya adalah dengan selalu membaca notifikasi atau email berlangganan dari
bursa kerja atau newsletter yang berhubungan dengan lowongan pekerjaan, bila
memang dirasa kita belum siap atau belum mau untuk kembali bekerja lebih baik unsubscribe
email atau newsletter dan sejenisnya supaya kita tidak galau lagi, kecuali kita
memang berniat untuk kembali bekerja, nah ini beda lagi ceritanya.
Filter tontonan di sosial media. Loh tadi katanya harus uninstall
sosial media ? yup, memang saran yang paling pertama adalah uninstall sosial
media, mungkin kita bisa dengan mudah uninstall sosial media seperti instagram,
twitter, facebook dan kawan – kawan nya, namun tidak bisa dipungkiri hampir
semua orang mungkin akan sulit bila harus uninstall Youtube. Ya, karena youtube
saat ini sedang menjadi sosial media paling diminati selain karena adsense nya
yang wow, namun juga orang cenderung lebih sukan visual atau tayangan bergerak
daripada hanya membaca tulisan atau gambar yang diam. Bila kita masih belum sanggup untuk benar –
benar meninggalkan youtube dengan alasan banyak hal positif dan informasi yang
didapat (saya juga setuju), namun yang bisa kita pertimbangkan adalah kita
harus jeli dan selektif memilih tontonan yang akan kita tonton, jangan semua tontonan secara random di tonton, bukan nya healing yang ada ending nya malah
makin stres.
Pilih tontonan sesuai situasi dan kondisi kita. ini adalah salah
satu tips dan trik yang patut dicoba, carilah tontonan yang merepresentasikan
kondisi kita sekarnag ini, bila kita adalah seorang ibu rumah tangga, melihat
tayangan – tayangan yang berkaitan dengan housework atau segala printilan
tentang rumah akan membuat kita merasa engage atau klik dengan situasi dan
kondisi kita sekarang sehingga kita bisa lebih menikmati peran dan kegiatan
yang kita lakukan, sebaliknya bila kita terus melihat tontonan tentang wanita karir
yang sukses bekerja maka yang ada kita akan mulai meragukan diri kita sendiri,
kita akan insecure dan menginginkan kehidupan seperti sosok yang kita tonton sehingga kita lupa untuk bersyukur dan yang ada kita akan menjalani
hari – hari dengan berat karena antara kenyataan dan harapan tidak sejalan.
Masa depan akan selalu menjadi misteri. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi sejam kemudian, sehari kemudian, seminggu kemudian, pun begitu juga dengan masa depan,sebagus apapun perencanaan kita, se detail apapun mitigasi masalah kita, akan tetap ada variabel di luar perkiraan kita yang berpotensi membuat semuanya berubah karena sesungguhnya variabel itulah yang tidak bisa kita kontrol. Terkadang kita merasa mengapa hidupku begini – begini saja , sepertinya sangat membosankan dan tidak ada prestasi apa – apa yang bisa ditunjukkan ke semua orang, namun hey, tidak perlu membuat semua orang terkesan dengan kita karena kita tidak akan pernah bisa membuat semua orang terkesan dan bahagia dengan kita, cukup kita buat borderline kabahagiaan kita sendiri, cukuplah kita bisa membuat keluarga kecil kita bahagia itu juga sudah merupakan pencapaian yang luar biasa dalam karir kita menjadi ibu rumah tangga.
Jadi untuk teman – teman ku para
ibu rumah tangga, kalian juga tidak kalah berharga nya dengan wanita karir yang
sukses di luar sana, jadi jangan insecure dan membanding – bandingkan diri lagi
ya, mungkin ini terdengar klise, memang mudah berkata – kaat tapi praktek nya
sulit, ya memang betul demikian adanya , namun apapun pilihan kita, tetaplah
kembali pada diri kita sendiri, menjadi ibu rumah tangga bukan berarti hidup kita selesai, kita masih bisa melakukan hobi atau hal - hal yang kita minati di sela - sela kesibukan mengurus rumah tangga, mungkin akan sangat sulit saat anak - anak amsih kecil dan butuh full perhatian, namun emreka juga akan tumbuh besar dan kita juga akan mempunyai banyak waktu lagi untuk melakukan hal yang belum bisa kita lakukan, semua hanya msalah waktu.