Sebagai orang tua di zaman modern ini, terutama orang tua angkatan millenial, membesarkan anak dan menelusuri lika – liku dunia parenting tidak lah semudah apa yang kita semua baca dan tonton di banyak platform informasi. Parenting sejatinya adalah perjalanan atau journey yang sifatnya bisa sangat privat antara oran tua dan anak itu sendiri. Apa yang selama ini kita dapatkan, berbagai macam informasi tentang cara dan tips parenting, termasuk mungkin juga tulisan ini semua itu sifatnya hanya lah stimulus untuk kita para orang tua agar dalam menjajaki masa parenting kita tidak benar – benar buta dan hilang arah, paling tidak kita sudah mempunyai bekal dan gambaran atau proyeksi mau dibawa ke mana arah didikan dan asuhan anak – anak kita kelak.
Seperti yang kita semua tahu, anak –anak memang tidak selamanya dan tidak selalu
lucu dan manis ya, adakalannya mereka membuat ulah atau tingkah yang terkadang
menguji kesabaran kita sebagai orang tua, tidak bisa dipungkiri lelahnya
seharian beraktifitas tentu membuat tingkat kesadaran dan kesabaran kita juga
menyentuh level limit. Namun yang seringkali terjadi, saat kita sebagai orang
tua memarahi anak, entah mengapa selalu ada rasa menyesal yang datang kemudian. Melihat
anak menangis meminta maaf ke kita membuat seketika hati kita menjadi terenyuh
dan merasa bersalah.
Tidak ada anak yang sengaja ingin
berbuat nakal
Adakalanya anak memang harus
dimarahi dengan tujuan mendidik, dengan catatan apa yang mereka lakukan memang
sudah kelewat batas yang sudah kita setujui dan terapkan kepada mereka, yang
keliru adalah memarai anak karena hal sepele atau ketidak sengajaan atau yang
paling parah memarahi anak karena kita menganggap mereka mengganggu waktu kita
atau merusak barang kesayangan kita karena percayalah, tidak ada anak – anak yang
dengan sengaja ingin dan bertujuan untuk merusak sesuatu atau menganggu kita,
reaksi kita sebagai ornag tua lah yang mungkin kurang peka atau dewasa dalam menafsirkan
tingkah laku mereka selama ini.
Cara anak berkomunikasi dan
menunjukkan perasaan lewat bahasa tubuh memang kadang seringkali membuat kita
sebagai orang tua salah menilai. Kita menganggap anak berbuat nakal atau tidak bisa diberi tahu dan lain – lain nya karena kita belum bisa menyelami secara
utuh pola pikir dan pola perilaku anak. Anak kecil tentulah berbeda dengan
orang dewasa, cara mereka merespon, cara mereka menyampaika sesuatu, semuanya
berbeda karena batasan – batasan yang mereka miliki dan karena mereka juga
masih dalam taraf berkembang sehingga secara interaksi belum se sempurna
seperti kita orang dewasa. gap inilah yang terkadang membuat orang tua suka
lupa dan tidak sengaja marah atau memarahi anak karena hal yang mungkin bisa
dikatakan sepele sebenarnya.
Dampak memarahi anak karena hal
sepele
Mungkin kita juga bukan orang tua yang sempurna dan masih dalam taraf belajar dan terus belajar. Adakalanya kita marah dan mencurahkan emosi kepada anak karena dipicu hal – hal yang sepele yang seharusnya tidak harus dipermasalahkan, nah kalau sudah begini ya pasti akan ada dua korban, anak itu sendiri dan juga orang tua yang merasa bersalah kemudian. Anak memang makhluk yang periang dan cepat lupa dengan kesedihan, saat mereka sedih dan menangis, tidak lama setelah dihibur juga mereka akan kembali ceria seolah – olah lupa dengan apa yang baru saja terjadi. Namun, bila kondisi seperti ini terjadi berulang – ulang kepada anak ya kasihan juga, lama – lama mereka akan ingat dan marahan – marahan kita kepada mereka akan terekam kuat dalam ingatan, tentu kita tidak mau kan diingat karena kita suka marah – marah ? memarahi anak secara berlebihan juga secara tidak langsung akan membuat anak merasa isnecure saat berada di dekat kita karena mereka akan takut bila salah melakukan sesuatu maka ornag tuanya akan marah, tentu hal ini bisa membatasi kretaifitas sang anak karena karena geraknya dibayang - bayangi rasa takut dimarahi.
Meminta Maaf Kepada Anak itu
Harus
Superiotitas kita sebagai orang
tua terkadang menghalangi dan membuat kita sedikit gengsi untuk meminta maaf kepada anak. Saat anak – anak masih kecil kita seringkali
menganggap bahwa toh anak masih kecil ini belum mengerti juga kalau kita minta
maaf, eitss… mungkin ini pemikiran yang harus kita ubah mulai sekarang, secara nalar dan akal anak memang belum sepenuhnya paham dan mengerti saat kita meminta maaf, namun secara rasa dan intuisi anak pasti memahami karena mereka
masih murni dan peka. Saat kita sebagai orang tua merasa tindakan kita mungkin
berlebihan, tidak ada salahnya bila kita meminta maaf kepada anak, tentu kita
sendiri juga pasti merasa kok bila memang kita ikut andil dan ada salah nya
juga dalam hal ini karena bagaimanapun orang tua juga tidak selalu dan
selamanya benar toh, sehingga meminta maaf kepada anak ini sangat perlu supaya
anak juga tahu bahwa mereka dihargai dan dihormati eksistensi nya sebagai seorang anak dalam keluarga.
Membiasakan meminta maaf kepada
anak saat kita salah sedari anak masih kecil justru secara tidak langsung kita
juga mendidik anak untuk mempunyai sifat ksatria dan pemaaf, untuk tidak malu
dan gengsi meminta maaf bila berbuat salah dan juga mengajari anak untuk
memaafkan orang lain. Bukankah pelajaran yang baik adalah melalui teladan, yakni contoh real yang bisa kita lakukan mulai dari sekarang dan
dimulai dari dalam rumah.
Memang perjalanan parenting tidak akan berhenti hanya dengan kita meminta maaf kepada anak dan sebaliknya, namun paling tidak kita sudah belajar untuk mengambil pelajaran dan mempraktekkan nilai – nilai atau norma yang baik kepada anak kita dengan harapan di perjalanan – perjalanan yang akan datang kita bisa lebih mawas diri dan lebih sabar dalam menemani tumbuh kembang mereka.