SeCrP7dtUL2aVHC9BPTmzy7YOro5ys5FuFCiiVVo

Cara Menghadapi Orang - orang yang Tidak se Frekuensi

Menjalin suatu pertemanan memang tidak selalu berjalan mulus. Harapan kita semua sih ingin nya berteman atau bertemu dengan orang – orang yang menyenangkan dan se frekuensi dengan kita dalam banyak hal. Namun, kenyataannya kita tidak pernah tahu dan menduga akan bertemu dengan siapa atau berada pada circle pertemanan yang seperti apa karena bahkan teman lama yang sudah kita kenal pun tidak menjamin tidak akan berubah. Manusia itu dinamis, mereka bisa berubah kapanpun, both for the good or the bad.

Yang paling sulit adalah saat kita berada pada lingkungan atau circle yang kita anggap kurang sesuai atau pas dengan kita, banyak orang menyebutnya dengan istilah tidak se frekeuensi, toxic maupun konotasi – konotasi negatif lainnya yang mengindikasikan bahwa kita sebenarnya tidak cocok. Tentu, hal ini pasti akan sangat menyiksa dan menguras energi kita perlahan – lahan. Terutama bila lingkungan tersebut bukan sesuatu yang dapat kita pilih atau tinggalkan dengan mudah semudah memutuskan pacar.

Lantas, bagaimana menghadapi situasi dilematis seperti ini ? bagaimana saat kita dihadapkan dengan kenyataan tersebut?

Mungkin alternatif yang bisa jadi solusi hanya ada dua, pertama tinggalkan lingkungan atau orang – orang yang kita anggap toxic tersebut atau kedua, kita yang harus grow atau bertumbuh supaya lebih kuat dan tak tergoyahkan.

1. Tinggalkan lingkungan atau orang-orang toxic

Photo by Elijah O'Donnell on Pexels

Cara ini adalah cara yang paling cepat dirasakan hasilnya, se simple  take it or leave it, kalau cocok ya lanjut kalua tidak ya bye. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan cara atau pilihan ini, hanya saja menurut saya ini adalah seperti metode backdoor dan sifatnya temporary. Kita tidak bisa menjamin kita tidak akan bertemu dengan orang – orang yang toxic lagi di masa yang akan datang karena kalaupun itu terjadi, pasti respon dan solusi yang akan kita terapkan juga sama, menghindar dan menjauh, begitu seterusnya sehingga kita akan terkesan lari dari masalah. Hal ini tentu akan terasa sangat berat saat circle atau lingkungan itu adalah justru keluarga dan orang – orang terdekat kita,kalau hanya sebatas teman biasa sih tidak terlalu masalah ya, namun bila yang kita hadapai adalah inner circle, tidak mungkin kan kita memutus hubungan kekeluargaan atau kekerabatan? sehingga menurut saya solusi pertama ini bisa diterapkan hanya jika lingkungan atau orang-orang  tersebut bukan dalam lingkup inner circle kita.

 2. Kita yang harus bertumbuh dan lebih kuat

Photo by DS stories on Pexels

What doesn’t kill you makes you stronger
. Kalimat ini ternyata ada benarnya juga. Saat kita dihadapkan pada lingkungan, kondisi dan orang-orang toxic, biasanya respon kita tidak nyaman karena kita belum cukup kuat untuk menetralisir atau berdiri sebagai diri sendiri dalam ketidak nyamanan di sekeliling kita karena kita kurang terlatih untuk deal dengan ketidaknyamanan. Padahal alih – alih mengambil langkah atau solusi pertama kita bisa mengambil langkah kedua, yakni kita lah yang harus bertumbuh secara kesadaran dan memperkuat diri supaya tidak mudah terintimidasi oleh lingkungan maupun orang – orang di sekitar kita yang tidak selaras dengan diri kita. Langkah kedua ini sangat bermanfaat apabila kondisi ini terjadi dalam inner circle kita seperti keluarga karena kita semua tahu tidak semua keluarga sempurna kan? tidak semua anggota keluarga besar kita adalah orang – orang yang positif semua, maka dari itu keterampilan kedua ini akan sangat membantu kita dalam menjalani hubungan dan berinteraksi dengan mereka, tentu saja dengan cara yang bijaksana dan juga tetap menjaga jarak aman dan set boundaries (batasan pribadi) untuk memberi ruang privasi masing – masing.

Hidup memang tidak selalu mudah, kadang kita justru mendapat apa yang kita tidak mau, bertemu dengan orang atau berada di lingkungan yang kurang cocok dengan kita, namun itu semua sebenarnya adalah blessing in disguise. Menyesali maupun berharap kembali ke masa lalu juga tidak menyelesaikan masalah sehingga satu – satu nya cara ya menghadapi dan jangan lupa bahwa kebahagiaan kita tidak diukur oleh faktor eksternal, namun bagaimana kita bisa aware dengan diri kita sendiri dan menghargai diri kita sendiri. Stay strong and keep growing as a person.

 

Related Posts
Ashana Umi Fitria
Seorang Ibu, wanita, teman dan partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. Email : umifitria88@gmail.com

Related Posts

Posting Komentar

Popular