Saya tertarik menulis topik ini setelah memantau di platform menulis yang juga saya ikuti. Sebenarnya saya tidak berkomentar apa-apa, hanya membaca komentar para kontributor lain saja terkait peraturan tentang points, reward dan lain-lain.
So, apakah menulis artikel yang
sangat bagus, on demand dan disertai
riset yang mendalam menjamin kita akan mendapat pundi – pundi uang yang BANYAK dan
berada dalam urutan teratas ? jawabnya TIDAK. Mengapa saya dengan pede berkata
tidak ? well, menulis pada dasarnya adalah
sebuah cara kita menyampaikan knowledge
ataupun sudut pandang terhadap suatu kejadian, peristiwa dan fenomena yang
bersinggungan dalam kehidupan sehari – hari.
Alasan menulis belum
tentu menghasilkan cuan
Menulis pada dasarnya sama saja dengan mengeluarkan thoughts ,banyak ragam tulisan mulai dari opini, sekedar curhat, fiksi, non fiksi, aktual, formal dan informal. Lantas apa yang membuat menulis belum tentu bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah, apalagi dalam jumlah yang fantastis ?
1. Kualitas tulisan
Tentu berbeda penulis kawakan dengan penulis serabutan seperti saya, penulis yang punya jam terbang dan yang masih newbie seperti saya, jadi satu hal yang harus diperhatikan baik-baik adalah kenali kemampuan diri terlebih dahulu sebelum kecewa bahwa tulisan kita tidak masuk headline, tidak masuk artikel pilihan dan tidak mendapat apa-apa. Jangankan seperti saya yang masih newbie, terkadang penulis kawakan pun juga tidak selalu menghasilkan cuan dari setiap tulisan yang di publish.
2. Monetisasi
Menulis dalam platform community maupun berita, baik offline maupun online semua cuan didapatkan dari iklan. Para penulis mendapatkan cuan karena platform menulisnya mendapatkan uang dari iklan yang di klik, bagi para blogger mungkin sudah tidak asing dengan istilah cpc (cost per click) di mana kita akan medapat fee sebagai affiliate karena pengunjung blog baik sengaja maupun tidak telah mengklik iklan yang muncul di blog yang sudah kita monetisasi. Jadi, semuanya terkait, makin banyak pengunjung yang membaca tulisan kita, berpotensi untuk khilaf melakukan klik iklan, tapi apakah pasti begitu skenario nya ?belum tentu, makin banyak pengunjung memang menaikkan porbabilitas iklan di klik, tapi semua juga kembali ke aksi pembaca nya, apakah mereka melakukan klik atau tidak, kita tidak pernah tau.
3. Anggaran iklan
Kembali ke iklan
dan mengapa banyak rekanan sesama penulis yang mengeluhkan tulisan nya sudah
banyak pengunjung namun reward yang
didapat kok sedikit ? ya kembali lagi, platform
media pastinya juga menjalin kerjasama dengan klien yang menampilkan iklan
produk dan layanan di platform tersebut.
Namun, kita sebagai penulis dan kontributor tidak pernah tahu menahu apa yang
terjadi di ruang redaksi, apa yang terjadi di tingkat management, berapa budget
iklan yang disepakati dan aturan main lainnya. Kita hanya tahu jika artikel yang
kita tulis dan publish mendapat
sekian views maka akan mendapat
sekian poin yang nantinya bila dikonversi akan mendapat sekian rupiah, that’s it, mungkin hanya itu saja yang
kita tahu, selebihnya detail perhitungan di atas meja dan di atas kertas kita
tidak pernah tahu, apakah cost iklan
yang turun atau karena hal-hal teknis lainnya, we never know.
Jadi, masih beranggapan menulis
bisa menghasilkan pundi – pundi rupiah ? BISA tapi TIDAK CEPAT. Pasar indonesia
masih sangat sedikit yang punya budaya membaca sehingga jumlah viewer di media penulisan kalah jauh
dengan media gambar bergerak atau video. Kultur budaya di negeri kita bukan
kultur pembaca, masyarakat kita masih suka hal – hal yang cepat, mudah, kalau
bisa bahkan tidak perlu membuat kita berpikir rumit, jadi ya wajar kalau
pengunjung artikel kalah jauh dengan penonton video.
Persiapan sebelum
terjun ke dunia penulisan
Bukan bermaksud mengerdilkan para
penulis atau yang ingin terjun di dunia tulis menulis, namun diperlukan persiapan,
pemahaman dan mental yang matang kalau dunia tulis menulis ini tidak bisa
digerakkan dan diharapkan hasilnya secara instan, bahkan viral. Saya belum pernah menemui ada fenomena tulisan viral kecuali yang berbau kontroversi.
Jadi, kalau kita tipe penulis yang idealis, jangan berharap lewat tulisan akan
cepat menghasilkan pundi-pundi rupiah dengan cepat, dapat saja sudah bagus
meskipun nominalnya tidak fantastis.
Salah satu tips untuk yang mau
mulai belajar menulis adalah, jangan menulis karena digerakkan ingin mendapat
cuan yang cepat, percayalah, kita akan banyak kecewa, jadikan saja menulis
sebagai hobi, nothing to lose, kalau
mau di monetisasi ya boleh-boleh saja tapi jangan terlalu overconvidence dan berambisi karena nanti kalau gagal dan tidak
sesuai rencana kita akan kecewa berat dan ujung-ujungnya malah berhenti menulis
sama sekali karena merasa it doesn’t work
at all. By the way, saya juga pernah kok mengalami situasi serupa, berhenti
menulis lama karena tujuan utama saya adalah mendapat cuan. Kalau ingin
mendapat cuan ya lebih baik berbisnis atau bekerja yang pasti-pasti saja dan
mendapat upah.
Kalau ingin berkarir di bidang
penulisan, alangkah baiknya kita bangun dulu mental, asah kemampuan menulis
dengan melatihnya terus, jangan pikirkan uang dulu, yang penting biasakan
menulis saja dulu. Kalau menjadi penulis lepas jangan berharap dalam semalam kita bisa
menghasilkan cuan, bahkan penulis buku terkenal Morgan Housel pun butuh belasan
tahun melatih skill menulisnya, butuh
belasan tahun pula dia menulis di blog pribadinya dan tidak ada yang membaca
tulisan nya sampai akhrnya dia bisa menjadi penulis best seller seperti sekarang. Yah semoga rejekinya menular ke kita
semua yang bercita – cita berkarir di
bidang penulisan, tidak hanya bisa menghasilkan tulisan yang bagus tapu juga reward yang bagus pula.